Rabu, 30 Juli 2025

SANTAPAN HARIAN KRISTEN, Jumat, 1 Agustus 2025

Matius 5 : 38 – 42

Jangan Membalas Kejahatan Dengan Kejahatan

Dalam Khotbah Yesus di Bukit. Yesus mengajarkan prinsip-prinsip Kerajaan Allah. Ia merujuk pada prinsip hukum balas dendam (mata ganti mata), yang dalam konteks Perjanjian Lama adalah cara membatasi pembalasan agar tidak berlebihan. Namun Yesus melampaui hukum itu dan menekankan hal mengampuni dan nir-kekerasan. Kerajaan Allah tidak didasarkan pada keadilan retributif (balas dendam), melainkan pada kasih dan pengampunan. Perintah “jangan melawan orang yang berbuat jahat”, bukan berarti pasif atau menyerah begitu saja pada ketidakadilan, melainkan mengundang respon yang aktif memberlakukan kasih. Memberi pipi yang lain, memberi jubah, dan berjalan dua mil adalah simbol dari mengambil kendali atas respon dengan cara yang berbeda untuk memutus rantai kekerasan. Ajaran ini memang menantang. Sebab balas dendam harus digantikan dengan perbuatan kasih. Sebagaimana sikap Allah Pemurah dan penuh belas kasihan, demikian halnya kita sebagai para pengikut-Nya. Dalam menjalani aktifitas hari ini dan seterusnya, kita dipanggil untuk bersikap lemah lembut, namun tegas dalam kasih. Kita dipanggil untuk menjadi agen damai, bukan pelanjut siklus dendam. Lebih dari itu, janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan. Klahkanlah kejahatan dengan kebaikan

Doa : Mampukanlah kami dengan Roh Kudus-Mu, ya Tuhan, untuk tidak membalas dendam, Amin

Rabu, 11 September 2024

TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN



SAMBUNG SUSU 


Apa itu Sambungan Susu pada Tanaman?

Sambungan susu adalah metode yang digunakan untuk menggabungkan bagian tanaman yang berbeda secara fisik, sehingga menciptakan tanaman baru yang memiliki karakteristik yang diinginkan.

Kelebihan Teknik Sambung Susu Pada Tanaman

Kelebihan teknik sambung susu dibandingkan dengan cara sambung pucuk diantaranya adalah:

1. Persentase Keberhasilan yang Lebih Tinggi

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa batang atas yang disambung masih mendapatkan dukungan makanan dan air dari pohon induk selama proses penyambungan.

Nutrisi yang terus dipasok ke batang atas memungkinkannya tetap hidup dan tumbuh dengan baik setelah disambungkan ke tanaman penerima.

2. Pemilihan Batang Atas yang Berbuah

Dalam teknik sambung susu, kita memiliki keleluasaan untuk memilih batang atas yang sedang berbunga atau berbuah. Ini memiliki manfaat yang signifikan karena saat sambungan susu dilepas, tanaman penerima akan memiliki sambungan yang sudah menghasilkan buah.

Hal ini dapat menghemat waktu dan memungkinkan tanaman penerima untuk menghasilkan buah lebih cepat.

 

3. Pembentukan Sambungan yang Lebih Kuat

Cara sambung susu pada tanaman umumnya menghasilkan sambungan yang lebih kuat dibandingkan dengan sambung pucuk. Ini karena saat proses penyambungan, batang atas yang dipilih memiliki diameter yang lebih besar dan lebih padat.

Akibatnya, sambungan susu menjadi lebih stabil dan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mentransfer nutrisi dan air antara tanaman induk dan penerima.

4. Kecocokan Genetik yang Lebih Tinggi

Dalam cara sambung susu pada tanaman, kita dapat memilih batang atas yang memiliki karakteristik genetik yang sama atau serupa dengan tanaman penerima.

Hal ini memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang lebih konsisten dalam hal pertumbuhan, produksi buah, atau sifat lain yang diinginkan. Dengan mencocokkan genetik yang tepat, kita dapat mengoptimalkan kualitas dan performa tanaman yang dihasilkan.

5. Penghematan Waktu

Dalam cara sambung susu pada tanaman dapat menghemat waktu karena pada beberapa jenis tanaman, sambungan susu mempercepat proses produksi buah.

Dengan memilih batang atas yang sudah berbunga atau berbuah, kita dapat memanfaatkan waktu yang lebih pendek untuk menghasilkan buah yang diinginkan.

Langkah-langkah Menghubungkan Sambungan Susu pada Tanaman

Berikut adalah langkah-langkah yang perlu Sobat Tani ikuti untuk menghubungkan sambungan susu pada tanaman dengan benar:

Persiapan Tanaman Induk

Metode ini dapat diterapkan pada beragam tanaman buah, seperti mangga, kelengkeng, nangka, jeruk, jambu, dan tanaman buah lainnya.

Pemilihan Batang Atas

Batang atas dipilih dari pohon yang sebelumnya telah menghasilkan buah dan memiliki cabang yang sehat. Pilihan juga dapat jatuh pada cabang yang sedang berbuah namun belum mencapai ukuran yang terlalu besar.

Pemilihan Batang Bawah

Untuk memilih batang bawah, persiapkan bibit yang ditanam dari biji agar memiliki akar yang kuat. Ukuran batang bawah sebaiknya sebanding dengan batang atas yang akan disambung menggunakan metode penyambungan susu.

Proses Penyambungan

  • Lakukan sayatan pada batang bawah sekitar separuh bagian batang, dan lakukan hal yang sama pada batang atas. Pastikan menggunakan pisau yang bersih dan tajam, serta berhati-hati agar tangan tidak terluka.
  • Secara cepat, tempelkan batang bawah ke batang atas dengan ujung batang bawah disisipkan ke dalam sayatan sisa pada batang atas, seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Penting untuk segera melakukan penyambungan tersebut karena penundaan dapat menyebabkan permukaan sayatan mengering dan menggagalkan proses penyambungan. Perhatikan bahwa sayatan pada ujung batang bawah harus terjepit di belahan batang atas.
  • Gunakan tali plastik untuk mengikat agar sayatan pada kedua batang tersebut menempel dengan sempurna. Jika tidak tersedia tali plastik, Sobat Tani dapat menggunakan tali rafia yang tipis sebagai alternatif.
  • Setelah seluruh bagian sambungan terbungkus dengan baik oleh ikatan tali, pastikan untuk mengencangkan ikatan tali tersebut.

Proses cara sambung susu pada tanaman telah selesai. Jangan lupa untuk terus menyiram polibag yang menutupi batang bawah secara berkala agar tetap lembab dan terhindar dari kekeringan.

 

Apabila media tanam pada batang bawah tergolong berat, disarankan untuk menambahkan tiang penyangga agar sambungan tidak patah. Jika penyambungan berhasil, tanaman tersebut akan segera menghasilkan buah, meskipun efeknya hanya bersifat sementara.

Sambung susu memiliki risiko gagal?

Seperti halnya metode penyambungan lainnya, metode sambung susu pada tanaman juga memiliki risiko gagal.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyambungan sambung susu antara lain pemilihan batang yang tidak sesuai atau tidak kompatibel, teknik penyambungan yang tidak benar, kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan seperti kekeringan atau serangan hama dan penyakit, serta perawatan yang tidak memadai setelah penyambungan.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan semua faktor tersebut dan melaksanakan metode dengan hati-hati untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam sambung susu tanaman buah.

 

 

 

 

 

 

 


 

Rabu, 21 Maret 2018

SEJARAH JEMAAT GPM SULI






Sejarah masuknya Kristen di Negeri Suli tidak diketahui kepastiannya, diperkirakan telah masuk sebelum jaman Fransiskus Xaverius hal ini didukung oleh beberpa teori. Tapi saya mencoba melihat dari catatan/surat Pendeta/Guru Jemaat yang pernah datang atau bertugas di Suli.

Pada jaman pendudukan Belanda, sesuai dengan catatan sejarah sekitar tahun 1633 negeri Suli telah memiliki sebuah sekolah dengan jumlah murid 33 orang, dimana sekolah ini lebih banyak mengajarkan membaca menulis maupun pendidikan agama (sesuai keterangan Surat Pendeta Helmicius Helmichii, 8 Juni 1633). Pendeta Francoys Caron juga melaporkan dalam kunjungannya pada tanggal 19 Pebruari 1666 di Suli memiliki 32 anggota jemaat dan beliau membaptis 4 anak, dimana anak sekolah berjumlah 13 orang dan dipimpin oleh Thomas Padriso yang bertugas sekitar 40 tahun. Pada 2 Juli 1678 tercatat nama seorang Guru di sekolah Suli yaitu Johannes de Massenar. Pada saat itu tercatat sampai kunjungan Pendeta Jacobus Vosmaer tanggal 13 Juni 1678 di negeri Suli belum memiliki Gereja tapi kegiatan baptisan, nikah maupun Perjamuan Kudus sudah berjalan jika ada kunjungan dari Pendeta Belanda, sementara pelayanan sehari-hari dilakukan oleh guru-guru.
Di tahun 1691 tercatat bahwa jemaat Suli telah memiliki gedung gereja dan seorang guru yang berfungsi ganda sebagai guru jemaat sekaligus guru Injil. Pada tanggal 11 Agustus 1693, Pendeta Petrus van der Vorm melaporkan bahwa di Suli ada Dominggus Pietersz Tanasale yang mengasuh 85 orang murid, dan saat itu pun diadakan ibadah sekaligus pelayanan baptisan untuk anak-anak serta pelayanan Perjamuan Kudus untuk warga jemaat.
Pada akhir abad 17 tertulis bahwa sekolah di Suli dipimpin oleh Abraham Loehoesei dengan jumlah jemaat 415 orang.
Pada tahun 1708/1709 dalam laporan “Gementeen, Schoolen op de Overhuft, en’t Gelerte van leitimor” disebutkan di Suli memiliki Guru Jan Silvester Piris dengan jumlah anggota Sidi 21, anggota Baptis dewasa 270, anak yang bersekolah 77, jumlah jiwa negeri 436 orang.
Sekitar 1735-1760 Guru Jemaat di suli adalah Andries Rihata dengan jumlah anggota jemaat 419 orang (catatan oleh Pendeta Andriaan Pietersz Steutel). Tahun 1766-1767 tercatat Guru Jemaat di Suli adalah Lucas Patty Anakota. Pada tahun 1784 tercatat jumlah jemaat 483 orang dengan Guru Jemaat Mr.Frans Manuhuttu. Pada Awal abad ke 19 tercatat yang menjadi Guru di Suli adalah Cornelis Tapiheroe.
Dalam perkembangan negeri dan jemaat Suli pada tahun 1831 tampak dalam register dan belsit Gubernur Maluku Ellinghuysen tercatat bahwa Guru D.Lalopua meninggal dan diganti oleh anaknya Guru D.Lalopua yang adalah guru dari Larike. Pada 12 Maret 1845 Zendeling leeraar Roskot mencatat bahwa Guru di Suli adalah J.Latuheru. Dalam laporan W.Luijke pada 28 April 1847 ditabiskan Bangunan Gereja dari Beton yang dibangun oleh jemaat Suli, dihadiri oleh sekitar 500 jemaat. Pada tahun 1857 (catatan Roskot) Guru yang bertugas di Suli adalah Guru J.A.Siwalette dan selanjutnya digantikan oleh Guru J.J.Manusama.
Gedung gereja yang dibangun diperkirakan rusak (tidak diketahui penyebabnya) oleh karena itu awal abad ke-20 kegiatan peribadatan dilaksanakan di Baileu Leunussa yang sekaligus difungsikan sebagai sekolah. Atas kerjasama Gereja dan masyarakat dibawah pimpinan pemerintah negeri (Arnold da Costa yang memerintah sekitar 1918) dan badan Majelis Jemaat, akhirnya sebuah gedung gereja semi permanen (berdinding kapur) berhasil didirikan dan diresmikan oleh Pendeta Pembantu (hulppredikant) berkebangsaan Belanda pada tahun 1915, Gereja ini bernama BAITRAFA.
Memasuki tahun 1942 Jepang mulai berkuasa di Indonesia dan di Ambon pun kena pengaruhnya. Guna menghindari kekejaman Jepang, hampir semua warga Suli mengungsi ke hutan(daerah Wapat dan Waiheru). Pada masa ini Jemaat dilayani oleh Pdt. C. Ririmase. Aktivitas Rutin jemaat berlangsung seperti biasa. Dalam keaadan genting, Ibadah Minggu dipimpin oleh pendeta yang tinggal di Meu yang dekat dengan Wapat, sedangkan di Waiheru dipimpin oleh Syamas I. Suitela dan J. Suitela. Baptisan dan Nikah selalu diadakan demikian pula Sekolah Minggu. Katekisasi tetap berjalan walaupun peneguhan dan perjamuan kudus tidak dapat dilaksanakan karena situasi yang berbahaya.
Gedung Gereja Baitrafa hancur akibat pemboman oleh tentara sekutu pada tahun 1944 karena dicurigai dijadikan gudang logistic oleh Jepang.
Setelah Jepang kalah perang maka masyarakat kembali ke negeri Suli, jemaat membangun Gereja darurat berdinding dan beratap rumbia pada tanah baileu Leanusa sebagai tempat Ibadah dan sekolah minggu.
Pada tahun 1954 mulai direncanakan pembangunan gedung Gereja Baitrafa pada bidang tanah asal mula gereja Baitrafa dibangun. Pembangunan memakan waktu 5 tahun tepatnya diresmikan pada tanggal 21 Maret 1959.
Sampai dengan tahun 1997 pelayanan Jemaat GPM Suli memiliki 7 sektor pelayanan (Bethesda, Siloam, Efrat, Ebenhaezer, Petra, Kalvari dan Gideon), pada Oktober 1997 dilakukan pemekaran Jemaat dikarenakan jangkauan pelayanan yang jauh sehingga tersisa 6 Sektor (Sektor Gidion mekar menjadi Jemaat GPM Gideon). Seiring perjalanan waktu dan dikarenakan bertambahnya jumlah Jemaat dan menjawab kebutuhan pelayanan maka sektor yang ada juga dimekarkan sehingga jumlah sektor di jemaat Suli menjadi 9 sektor pelayanan (Berthesda, Siloam, Efrat, Ebenhaezer, Imanuel, Zaitun, Petra, Kalvari dan Horeb). Di tanggal 1 November 2010 dilakukan penthabisan Gedung Gereja Sumber Kasih di dusun Kayu Manis, Suli Atas.
Berikut adalah Pendeta yang di tempatkan dan melayani di Jemaat Suli adalah:
1     1.       1942 -    ?               Pdt. C. Ririmase
2     2.       ?  - 1953                 Pdt. A. Pesiwarissa
3     3.       1954 – 1959            Pdt. H. Manuhuttu
4     4.       1959 – 1965            Pdt. M.M. Werinussa
5     5.       1965 – 1967            Pdt. J. Noya
          1967 – 1969            Pdt. L.J. Taihuttu (Pendeta Jemaat)
          1969                       Pdt. P. Hutuely (Pendeta Jemaat)
       6.       1969 – 1973            Pdt. B. Matatula          
9     7.       1973 – 1975            Pdt. H. Alfons
8     8.      1975 – 1980            Pdt. Nn. R.N. Marthen
9     9.      1980 – 1987            Pdt. Ph. Sedubun
1    10.           1987 – 1996            Pdt. St. Apituley
1    11.          1996 – 1998            Pdt. L.A. Inuhan
          1996 – 1998            Pdt. Ny. M. Wattimena (Pendeta Jemaat)
1    12.        1998 – 2003            Pdt. J.A. Siwabessy
1    13.        2003 – 2010            Pdt. Ny. M. Wattimena
          2006 – 2010            Pdt. L.P. Kaihatu (Pendeta Jemaat)
1    14.          2010 – 2016           Pdt. L.P. Kaihatu (Ketua MJ)
          2011 – 2012            Pdt. Ny. B. Bakarbessy (Pendeta Jemaat)
          2012 – 2016          Pdt. Ny. F. Huwae (Pendeta Jemaat)
          2013 – sekarang     Pdt. Nn. H. Haumahu, S.Th (Pendeta Jemaat)
1     15.      2016 – 2021     Pdt. Oudi Ririmasse, S.Th (Ketua MJ)
         2016 - 2021 (Meninggal)      Pdt. Ny. Els. Ririmasse/Tauran
16. 2021- sekarang Pdt. Ny. P. Tentua/Umnehopa (ketua MJ)
   
Tim Penulisan Sejarah Gereja telah berusaha melakukan penggalian Sejarah dan Seminar dan belum dapat menentukan tanggal berdirinya Jemaat GPM Suli tapi lewat Sidang Jemaat GPM Suli ke 39 tahun 2018 telah memutuskan bahwa Jemaat Suli telah berdiri sejak tanggal 21 Maret 1847. Dengan alasan 21 Maret memakai tanggal ditabiskannya Gereja Baitrafa yang sekarang yaitu pada tanggal 21 Maret 1959, 1847 memakai Tahun ditabiskannya Gereja Permanen pertama di Jemaat Suli pada tanggal 28 April 1847.
Padahal peristiwa Gereja yaitu Baptisan yang pertama tercatat oleh Pendeta Francoys Caron yang melaporkan dalam kunjungannya pada tanggal 19 Pebruari 1666 di Suli memiliki 32 anggota jemaat dan beliau membaptis 4 anak, dimana anak sekolah berjumlah 13 orang dan dipimpin oleh Thomas Padriso yang bertugas sekitar 40 tahun. Jadi kalau diperhintungkan maka usia Jemaat Suli sudah 352 tahun. Tapi keputusan Sidang Jemaat adalah keputusan yang tertinggi, dengan catatan segala sesuatu dapat diubah jika terdapat kekeliruan (menurut Surat Keputusan).
Sehingga pada tanggal 21 Maret 2018 kami merayakan HUT ke 171 Jemaat GPM Suli dan HUT ke 59 Gereja Baitrafa, dalam kesederhanaan. Semoga Jemaat GPM Suli selalu berkembang diberkati dan menjadi berkat bagi semua orang.
Tuhan Yesus Memberkati kita semua.



N.B : 
  1. Sumber dari Sejarah Jemaat Suli versi Tim Renstra Jemaat GPM Suli periode 2015-2020 (disusun oleh JP berdasarkan rangkuman bahan Seminar Jubelium Gereja Baitrafa Jemaat GPM Suli).
  2. Sumber foto atefsitanala.com  

Selasa, 17 Oktober 2017

PARKIR KIRI JALAN

MUNGKIN HANYA DI INDONESIA





Kejadiannya sekitar tahun 2014, di Malang. Disela-sela kegiatan Pekan Nasional Petani Nelayan.
Pas menemukan kejadian yang menurut saya unik makanya saya pikir tak ada salahnya di abadikan dengan kamera milik pemerintah (belum punya sendiri).




Mungkin maksudnya, kiri jalan untuk mobil, kanan untuk becak wkwkwkwk....

Cara Membedakan Madu Asli dan Madu Campuran

Madu memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, seperti mengobati berbagai penyakit ringan dan menjaga metabolisme tubuh agar tidak mudah terserang penyakit, selain madu berkhasiat untuk kesehatan, madupun sangat baik di pergunakan untuk merawat dan menjaga kecantikan agar tampil cantik secara alami. Untuk mendapatkan khasiat yang terdapat dalam madu tentunya kita harus menggunakan madu asli bukan madu yang sudah di campur. Ini beberapa cara untuk membedakan madu asli dan madu yang dicampur/palsu.

 1. Bakar Hingga Berbusa
Cara pertama untuk membedakan antara madu yang asli atau madu murni dan madu yang telah mendapatkan campuran yaitu: anda sediakan sendok, lilin dan korek api. Taruh madu yang ingin anda uji coba keasliannya di atas sendok dan bakar di atas lilin yang menyala pada bagian bawah sendoknya. Setelah itu anda akan menemukan beberapa perbedaan antara madu asli dan madu yang sudah tercampur. Ketika madu asli di taroh di atas sendok yang bawahnya sedang di bakar, maka madu asli tersebut akan mengeluarkan busa dan akan tumpah. Sedangkan madu yang sudah tercampur atau madu palsu, ketika madu tersebut mendidih busa yang di keluarkan akan lebih sedikit dibandingkan dengan madu asli.

2. Uji Coba Ke Aslian Madu Melalui Kertas
Cara untuk elakukan uji coba antara madu asli dan madu palsu yang kedua yaitu dengan cara membasahi atau melumiri kertas dengan madu asli dan madu palsu. Tentunya ketika anda melakukan percobaan tersebut andapun akan menemukan perbedaan yang cukup unik. Ketika madu asli di balurkan, kertas yang di lumuri madu asli tidak mudah robek sedangkan kertas yang di lumuri madu palsu akan mudah robek dan akan menembus ke kertas yang di lumuri madu palsu tersebut.

3. Uji coba Keaslian Madu Dengan Korek Api
Uji coba keaslian madu yang ketiga tidak kalah uniknya seperti uji coba yang kedua. Caranya sebagai berikut: Anda masukka korek api yang telah anda sediakan kedalam madu asli, dan ketika anda gesekan korek api yang dilumuri madu, maka korek api tersebut akan tetap menyala walaupun korek tersebut basah. Tapi ketika anda memasukkan korek api kedalam madu palsu, maka ketika korek tersebut di gesekan, korek tersebut tidak akan menyala layaknya korek yang basah karena bercampur air.
Cara ini banyak dipakai penjual madu di pasar-pasar. Cara ini belum teruji secara nyata karena sampai saat ini kami belum menemukan hasil penelitian yang merekomendasikan cara tersebut.


4. Masukan Madu Kedalam Air
Ketika anda meneteskan tetesan madu kedalam air putih, maka yang akan anda temukan adalah madu yang menetes kedalam air putih tersebut tidak akan bercampur dengan air dan madu tersebut akan terjatuh kedalam dasar air (tidak mengambang).
Tuangkan sedikit madu kedalam gelas yang berisi air putih bening, coba perhatikan dengan seksama. apabila madu tersebut mengendap dan terpisah dengan air tanpa mengeruhkan air  maka madu tersebut dipastikan murni, sebaliknya jika madu tersebut bercampur baur sehingga air tersebut mengeruh maka madu tersebut dipastikan palsu.

5. Masukan madu asli kedalam Lemari Es
Uji coba keaslian madu yang ke lima yaitu dengan cara memasukkan madu asli kedalam lemari es, Jika madu asli yang diletakkan di dalam lemari es itu murni atau asli, maka madu tersebut tidak akan membeku. dan jika yang terjadi malah sebaliknya maka madu tersebut adalah madu yang telah melalui proses campuran (Palsu). Cara ini juga tidak 100% benar, karena ada beberapa madu yang jika dimasukkan freezer menggumpal dan ada beberapa yang tidak menggumpal. Seperti Madu kapuk dan Kaliandra, madu kapuk tidak akan mengkristal (beku) walaupun disimpan lama di kulkas, sedangkan madu kaliandra akan cepat mengkristal seperti gula. Jadi jika membeli madu kapuk tapi madu tersebut mengkristal bisa dipastikan madu itu palsu atau dicampur.

6. Dicampur kuning telur.
Campurkan dua sendok makan madu dengan kuning telur, lalu kocok. Jika kuning telur tampak mengkristal seperti matang, maka madu Anda asli. Kuning telur yang dicampur madu akan tampak matang. Yang sebenarnya terjadi adalah penggumpalan atau Koagulasi. Hal ini karena madu adalah asam dan kuning telur adalah protein. Protein yang dicampur dengan asam akan menggumpal, sehingga telur akan terlihat matang, yang sebenarnya ter-koagulasi.

7. Menggunakan semut
 Dengan cara ini, dipercaya bahwa semut akan mengerumuni madu palsu dan tidak tertarik pada madu asli. Namun cara ini tidak 100% benar. Pada dasarnya, sifat semut suka pada yang manis-manis, termasuk rasa manis yang ada pada madu. Madu asli pun bisa saja dikerumuni oleh semut karena tertarik oleh wanginya. Madu yang kental akan lebih sulit dideteksi aroma manisnya oleh semut. Semakin kental madunya (kadar airnya sedikit) semakin sulit bagi semut untuk mendeteksi lokasi rasa manis madu tersebut karena molekul yang ada di dalam madu tetap utuh, tidak pecah. Sebaliknya, bila kadar airnya tinggi (di atas 20%), maka semut mudah menghampiri. Madu yang tidak dikerumuni semut adalah madu yang telah terfermentasi sehingga mengandung alkohol atau madu asli dari hutan.
8. Dengan meneteskan madu di air di atas piring beling putih
 Ketika piring digoyang ke kiri dan ke kanan, maka sebelum madu itu bercampur akan membentuk seperti sarang lebah. Semakin lama bentuk segi enam itu bertahan, berarti semakin baik nutrisi yang terkandung dalam madu tersebut alias madu asli. Semakin cepat bentuk segi enam itu memudar, maka jelaslah itu madu campuran, karena nutrisinya sudah jauh berkurang. Menuangkan madu ke dalam gelas yang berisi air dingin. Bila madu tersebut asli, maka madu tersebut akan langsung jatuh ke dasar gelas dan tidak berpendar. Disamping itu, salah satu ciri madu asli adalah ketika dimasukkan ke dalam air, madu tersebut tetap solid dan tidak membuat air menjadi keruh.
9. Kocok madu dalam botol
 Madu yang asli jika dikocok akan berbusa. Busa dan udara yang terbentuk akan naik dan menekan tutup botol sehingga ketika tutup botol dibuka akan terdengar suara letupan kecil. Letupan itu juga bisa terjadi karena fermentasi yang menghasilkan gas.

10. Madu asli memiliki rasa lebih asam
 Madu yang palsu memiliki rasa lebih manis karena ditambahkan gula, sehingga akan dikerubungi oleh semut jika dibiarkan dalam keadaan terbuka. Selain itu intensitas rasa manis madu palsu akan terasa lebih lengket di lidah. Sebaliknya pada madu asli, selain rasa manis akan ditemukan pula rasa asam mengingat madu asli memiliki tingkat keasaman (pH) sekitar 3,4 – 6,1.

11. Menggunakan alat polarimeter
 Madu asli secara optis akan memutar ke kiri, sedangkan madu palsu akan memutar ke kanan. Tips untuk membedakan madu dengan cara mudah seperti di atas tidak selamanya benar 100 % dikarenakan setiap pemanenan mengandung kadar air yang berbeda-beda. Misalnya ketika dipanen pada musim hujan, maka madu akan banyak mengandung air hujan. Selain menyebabkan lebih cair, air hujan juga akan menyebabkan madu menjadi teroksidasi udara menjadi lebih masam (ingat: air hujan bersifat asam) dan akan terfermentasi.

Demikian cara membedakan madu asli dan madu palsu, semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan anda tentang madu. Buat yang mau beli madu harap berhati dan pandai memilih.....

ini beberapa tips kalau mau beli madu :
Belilah madu asli di tempat yang dipercaya, seperti di Peternakan lebah. Jika tidak mengetahui dimana membeli madu yang asli setidaknya bisa dilihat dengan membandingkan harganya
 jangan beli madu dari pedagang keliling yang tidak anda kenal,karena sekarang juga banyak beredar madu palsu yang mengandung formalin.

Manfaat Hutan untuk Hidup Kita

Kebahagiaan, rasa aman, kesehatan adalah kualitas hidup yang ingin dicapai manusia. Apapun kualitas hidup yang ingin dicapai manusia, pada akhirnya alam menjadi sumber utamanya.  Materi yang disediakan alam seperti air dan udara merupakan sumber utama hidup manusia. Demikian juga jasa lingkungan, seperti siklus, hutan merupakan layanan gratis dari alam untuk mendukung hidup manusia.
Sayangnya sampai saat ini manusia membangun hidupnya bukan dengan bekerja sama dengan alam, melainkan dengan merusak alam. Akibatnya, sumber penghidupan manusia itu justru menjadi rusak dan selanjutnya mengancam kelangsungan hidup manusia, lewat berbagai bencana yang timbul setelahnya. Di Aceh luas hutan sangat menurun dalam 60 tahun terakhir (1940-2000). Padahal, jika kita menjaga keberlanjutan alam, maka manfaatnya akan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.


Pernahkah kita berpikir dari manakah air dan udara yang selama ini kita gunakan? Peribahasa mengatakan, air merupakan sumber kehidupan. Seperti kita ketahui, air mempunyai siklus yang terus berlanjut. Siklus ini merupakan siklus alam yang akan berlangsung terus-menerus. Jika kondisi alaminya dapat dijaga, maka siklus ini akan berjalan sesuai dengan hukum-hukum alam. Misalnya, air dari laut, dengan pengaruh panas dari matahari, akan menguap, ke udara dan tersimpan di dalam awan. Dari awan akan turun lagi ke bumi, menjadi hujan, kemudian akan mengalir kembali ke laut.
Jika kita mengamati siklus air, maka di tempat-tempat yang hutannya masih bagus, maka air akan terus mengalir di sungai meskipun musim kemarau. Pertanyaannya, dari manakah air tersebut berasal? Air tersebut berasal dari dalam tanah yang subur. Ketika hujan jatuh membasahi tanah yang subur, air tersebut akan disimpan di dalam serasah dan humus yang masih kasar. Humus dan serasah itu dihasilkan oleh pepohonan dan perdu yang menutupi tanah tersebut jita daunnya layu dan gugur. Tanah yang subur adalah seperti spons ajaib, yang dapat menyimpan air sampai sepuluh kali dari beratnya. Tanah subur ini, tidaklah tebal. Ia hanya selapis tipis yang menjadi gudang penyimpan air. Jika kita pernah melihat tanah yang dikeruk untuk pembangunan, atau gunung yang diambil tanahnya untuk penimbunan maka akan sangat jelas terlihat lapisan-lapisan tanah tersebut.Jika tanah sudah tandus, maka tidak ada lagi humus dan serasahnya. Akibatnya, air tidak terserap oleh tanah melainkan langsung mengalir di atas permukaan tanah. Jika aliran air ini cukup kuat/deras, maka aliran air tersebut akan membawa serta butiran tanah dan lumpur yang dilaluinya. Itulah yang disebut erosi. Dari penjelasan di atas dapat dipahami mengapa tanah yang berhutan akan mampu menyimpan air lebih besar dari lahan pertanian, apalagi tanah yang sudah dijadikan pemukiman dengan jumlah penduduk yang banyak dan padat dengan permukaan tertutup semen dan aspal.
Jika sistem hutan masih berjalan baik, maka sebagian besar air akan tersimpan dalam tanah dan dialirkan perlahan sepanjang tahun. Itulah sebabnya di daerah dengan hutan yang masih bagus, jarang terjadi banjir dan aliran air sungai tetap ada meskipun musim kemarau. Tetapi jika hutan sudah rusak, maka di musim hujan sungai akan kebanjiran dengan air dan lumpur sementara di musim kemarau akan terjadi kekeringan karena tidak ada lagi persediaan air di dalam tanah.
Selain menjaga siklus air, masih banyak lagi manfaat hutan. Tumbuhan di hutan menyerap karbon dioksida yang menimbulkan efek rumah kaca, salah satu sumber pemanasan global. Tumbuhan itu juga menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan untuk hidup manusia. Belum lagi keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, sumber pangan dan obat alami untuk masyarakat di sekitarnya.
Begitu banyaknya manfaat hutan. Banyak di antaranya yang kita abaikan, tidak kita syukuri, bahkan kita rusah, sampai tahu-tahu kita tersadar bahwa semuanya sudah hilang. Layanan yang akan kita terima secara gratis kalau kita jaga. Itulah yang disebut infrastruktur alam. Bayangkan, betapa banyak uang yang kita butuhkan kalau manfaat hutan itu digantikan dengan infrastruktur buatan manusia, seperti bendungan. Begitulah hebatnya ciptaaan Tuhan. Tugas kita untuk memelihara dan menjaganya.