
Sejarah masuknya Kristen di Negeri Suli
tidak diketahui kepastiannya, diperkirakan telah masuk sebelum jaman Fransiskus Xaverius hal ini didukung oleh beberpa teori. Tapi saya mencoba melihat dari catatan/surat Pendeta/Guru Jemaat yang pernah datang atau bertugas di Suli.
Pada jaman pendudukan Belanda, sesuai dengan
catatan sejarah sekitar tahun 1633 negeri Suli telah memiliki sebuah sekolah
dengan jumlah murid 33 orang, dimana sekolah ini lebih banyak mengajarkan
membaca menulis maupun pendidikan agama (sesuai keterangan Surat Pendeta Helmicius Helmichii, 8 Juni 1633). Pendeta Francoys
Caron juga melaporkan dalam kunjungannya pada tanggal 19 Pebruari 1666 di Suli
memiliki 32 anggota jemaat dan beliau membaptis 4 anak, dimana anak sekolah
berjumlah 13 orang dan dipimpin oleh Thomas Padriso yang bertugas sekitar 40
tahun. Pada 2 Juli 1678 tercatat nama seorang Guru di sekolah Suli yaitu Johannes de Massenar. Pada
saat itu tercatat sampai kunjungan Pendeta Jacobus Vosmaer tanggal 13 Juni 1678
di negeri Suli belum memiliki Gereja tapi kegiatan baptisan, nikah maupun
Perjamuan Kudus sudah berjalan jika ada kunjungan dari Pendeta Belanda,
sementara pelayanan sehari-hari dilakukan oleh guru-guru.
Di tahun 1691 tercatat bahwa jemaat Suli
telah memiliki gedung gereja dan seorang guru yang berfungsi ganda sebagai guru
jemaat sekaligus guru Injil. Pada tanggal 11 Agustus 1693, Pendeta Petrus van
der Vorm melaporkan bahwa di Suli ada Dominggus Pietersz Tanasale yang mengasuh
85 orang murid, dan saat itu pun diadakan ibadah sekaligus pelayanan baptisan
untuk anak-anak serta pelayanan Perjamuan Kudus untuk warga jemaat.
Pada akhir abad 17 tertulis bahwa
sekolah di Suli dipimpin oleh Abraham Loehoesei dengan jumlah jemaat 415 orang.
Pada tahun 1708/1709 dalam laporan “Gementeen, Schoolen op de Overhuft, en’t
Gelerte van leitimor” disebutkan di Suli memiliki Guru Jan Silvester Piris
dengan jumlah anggota Sidi 21, anggota Baptis dewasa 270, anak yang bersekolah
77, jumlah jiwa negeri 436 orang.
Sekitar 1735-1760 Guru Jemaat di suli
adalah Andries Rihata dengan jumlah anggota jemaat 419 orang (catatan oleh
Pendeta Andriaan Pietersz Steutel). Tahun 1766-1767 tercatat Guru Jemaat di
Suli adalah Lucas Patty Anakota. Pada tahun 1784 tercatat jumlah jemaat 483
orang dengan Guru Jemaat Mr.Frans Manuhuttu. Pada Awal abad ke 19 tercatat yang
menjadi Guru di Suli adalah Cornelis Tapiheroe.
Dalam perkembangan negeri dan jemaat
Suli pada tahun 1831 tampak dalam register dan belsit Gubernur Maluku
Ellinghuysen tercatat bahwa Guru D.Lalopua meninggal dan diganti oleh anaknya
Guru D.Lalopua yang adalah guru dari Larike. Pada 12 Maret 1845 Zendeling
leeraar Roskot mencatat bahwa Guru di Suli adalah J.Latuheru. Dalam laporan
W.Luijke pada 28 April 1847 ditabiskan Bangunan Gereja dari Beton yang dibangun
oleh jemaat Suli, dihadiri oleh sekitar 500 jemaat. Pada tahun 1857 (catatan
Roskot) Guru yang bertugas di Suli adalah Guru J.A.Siwalette dan selanjutnya
digantikan oleh Guru J.J.Manusama.
Gedung gereja yang dibangun diperkirakan
rusak (tidak diketahui penyebabnya) oleh karena itu awal abad ke-20 kegiatan
peribadatan dilaksanakan di Baileu Leunussa yang sekaligus difungsikan sebagai
sekolah. Atas kerjasama Gereja dan masyarakat dibawah pimpinan pemerintah
negeri (Arnold da Costa yang memerintah sekitar 1918) dan badan Majelis Jemaat,
akhirnya sebuah gedung gereja semi permanen (berdinding kapur) berhasil
didirikan dan diresmikan oleh Pendeta Pembantu (hulppredikant) berkebangsaan
Belanda pada tahun 1915, Gereja ini bernama BAITRAFA.
Memasuki tahun 1942 Jepang mulai
berkuasa di Indonesia dan di Ambon pun kena pengaruhnya. Guna menghindari kekejaman Jepang, hampir semua warga Suli mengungsi ke
hutan(daerah Wapat dan Waiheru). Pada masa ini Jemaat dilayani oleh Pdt. C.
Ririmase. Aktivitas Rutin jemaat berlangsung seperti biasa. Dalam keaadan
genting, Ibadah Minggu dipimpin oleh pendeta yang tinggal di Meu yang dekat dengan Wapat, sedangkan di Waiheru dipimpin oleh Syamas I. Suitela dan J. Suitela. Baptisan
dan Nikah selalu diadakan demikian pula Sekolah Minggu. Katekisasi tetap
berjalan walaupun peneguhan dan perjamuan kudus tidak dapat dilaksanakan karena
situasi yang berbahaya.
Gedung Gereja Baitrafa hancur akibat
pemboman oleh tentara sekutu pada tahun 1944 karena dicurigai dijadikan gudang
logistic oleh Jepang.
Setelah Jepang kalah perang maka
masyarakat kembali ke negeri Suli, jemaat membangun Gereja darurat berdinding
dan beratap rumbia pada tanah baileu Leanusa sebagai tempat Ibadah dan sekolah
minggu.
Pada tahun 1954 mulai direncanakan
pembangunan gedung Gereja Baitrafa pada bidang tanah asal mula gereja Baitrafa
dibangun. Pembangunan memakan waktu 5 tahun tepatnya diresmikan pada tanggal 21
Maret 1959.
Sampai dengan tahun 1997 pelayanan
Jemaat GPM Suli memiliki 7 sektor pelayanan (Bethesda, Siloam, Efrat,
Ebenhaezer, Petra, Kalvari dan Gideon), pada Oktober 1997 dilakukan pemekaran
Jemaat dikarenakan jangkauan pelayanan yang jauh sehingga tersisa 6 Sektor
(Sektor Gidion mekar menjadi Jemaat GPM Gideon). Seiring perjalanan waktu dan
dikarenakan bertambahnya jumlah Jemaat dan menjawab kebutuhan pelayanan maka sektor yang ada juga dimekarkan sehingga
jumlah sektor di jemaat Suli
menjadi 9 sektor pelayanan (Berthesda, Siloam, Efrat,
Ebenhaezer, Imanuel, Zaitun, Petra, Kalvari dan Horeb). Di tanggal 1 November 2010 dilakukan penthabisan Gedung Gereja Sumber Kasih di dusun Kayu Manis, Suli Atas.
Berikut adalah Pendeta yang di tempatkan
dan melayani di Jemaat Suli adalah:
1 1.
1942
- ? Pdt.
C. Ririmase
2 2.
? -
1953 Pdt. A. Pesiwarissa
3 3.
1954 –
1959 Pdt. H. Manuhuttu
4 4.
1959 –
1965 Pdt. M.M. Werinussa
5 5.
1965 –
1967 Pdt. J. Noya
1967 – 1969 Pdt.
L.J. Taihuttu (Pendeta Jemaat)
1969 Pdt. P. Hutuely (Pendeta
Jemaat)
6.
1969 –
1973 Pdt. B. Matatula
9 7.
1973 –
1975 Pdt. H. Alfons
8 8. 1975 –
1980 Pdt. Nn. R.N. Marthen
9 9. 1980 –
1987 Pdt. Ph. Sedubun
1 10. 1987 – 1996 Pdt. St. Apituley
1 11. 1996 – 1998 Pdt. L.A. Inuhan
1996 – 1998 Pdt.
Ny. M. Wattimena (Pendeta Jemaat)
1 12.
1998 – 2003 Pdt. J.A. Siwabessy
1 13.
2003 – 2010 Pdt. Ny. M. Wattimena
2006 – 2010 Pdt. L.P. Kaihatu (Pendeta Jemaat)
1 14. 2010 – 2016 Pdt. L.P. Kaihatu (Ketua MJ)
2011 – 2012 Pdt.
Ny. B. Bakarbessy (Pendeta Jemaat)
2012 – 2016 Pdt.
Ny. F. Huwae (Pendeta Jemaat)
2013 –
sekarang Pdt. Nn. H. Haumahu, S.Th
(Pendeta Jemaat)
1 15.
2016 – 2021 Pdt. Oudi Ririmasse, S.Th (Ketua MJ)
2016 - 2021 (Meninggal) Pdt. Ny. Els. Ririmasse/Tauran
16. 2021- sekarang Pdt. Ny. P. Tentua/Umnehopa (ketua MJ)
Tim Penulisan Sejarah Gereja telah berusaha melakukan penggalian Sejarah
dan Seminar dan belum dapat menentukan tanggal berdirinya Jemaat GPM Suli tapi lewat
Sidang Jemaat GPM Suli ke 39 tahun 2018 telah memutuskan bahwa Jemaat Suli
telah berdiri sejak tanggal 21 Maret 1847. Dengan alasan 21 Maret memakai
tanggal ditabiskannya Gereja Baitrafa yang sekarang yaitu pada tanggal 21 Maret
1959, 1847 memakai Tahun ditabiskannya Gereja Permanen pertama di Jemaat Suli
pada tanggal 28 April 1847.
Padahal peristiwa Gereja yaitu Baptisan yang pertama tercatat oleh Pendeta Francoys Caron yang melaporkan dalam kunjungannya pada tanggal 19 Pebruari 1666 di Suli memiliki 32 anggota jemaat dan beliau membaptis 4 anak, dimana anak sekolah berjumlah 13 orang dan dipimpin oleh Thomas Padriso yang bertugas sekitar 40 tahun. Jadi kalau diperhintungkan maka usia Jemaat Suli sudah 352 tahun. Tapi keputusan Sidang Jemaat adalah keputusan yang tertinggi, dengan catatan segala sesuatu dapat diubah jika terdapat kekeliruan (menurut Surat Keputusan).
Sehingga pada tanggal 21 Maret 2018 kami merayakan HUT ke 171 Jemaat GPM
Suli dan HUT ke 59 Gereja Baitrafa, dalam kesederhanaan. Semoga Jemaat GPM Suli
selalu berkembang diberkati dan menjadi berkat bagi semua orang.
Tuhan Yesus Memberkati kita semua.
N.B :
- Sumber dari Sejarah Jemaat Suli versi Tim Renstra Jemaat GPM Suli periode 2015-2020 (disusun oleh JP berdasarkan rangkuman bahan Seminar Jubelium Gereja Baitrafa
Jemaat GPM Suli).
- Sumber foto atefsitanala.com