Rabu, 21 Maret 2018

SEJARAH JEMAAT GPM SULI






Sejarah masuknya Kristen di Negeri Suli tidak diketahui kepastiannya, diperkirakan telah masuk sebelum jaman Fransiskus Xaverius hal ini didukung oleh beberpa teori. Tapi saya mencoba melihat dari catatan/surat Pendeta/Guru Jemaat yang pernah datang atau bertugas di Suli.

Pada jaman pendudukan Belanda, sesuai dengan catatan sejarah sekitar tahun 1633 negeri Suli telah memiliki sebuah sekolah dengan jumlah murid 33 orang, dimana sekolah ini lebih banyak mengajarkan membaca menulis maupun pendidikan agama (sesuai keterangan Surat Pendeta Helmicius Helmichii, 8 Juni 1633). Pendeta Francoys Caron juga melaporkan dalam kunjungannya pada tanggal 19 Pebruari 1666 di Suli memiliki 32 anggota jemaat dan beliau membaptis 4 anak, dimana anak sekolah berjumlah 13 orang dan dipimpin oleh Thomas Padriso yang bertugas sekitar 40 tahun. Pada 2 Juli 1678 tercatat nama seorang Guru di sekolah Suli yaitu Johannes de Massenar. Pada saat itu tercatat sampai kunjungan Pendeta Jacobus Vosmaer tanggal 13 Juni 1678 di negeri Suli belum memiliki Gereja tapi kegiatan baptisan, nikah maupun Perjamuan Kudus sudah berjalan jika ada kunjungan dari Pendeta Belanda, sementara pelayanan sehari-hari dilakukan oleh guru-guru.
Di tahun 1691 tercatat bahwa jemaat Suli telah memiliki gedung gereja dan seorang guru yang berfungsi ganda sebagai guru jemaat sekaligus guru Injil. Pada tanggal 11 Agustus 1693, Pendeta Petrus van der Vorm melaporkan bahwa di Suli ada Dominggus Pietersz Tanasale yang mengasuh 85 orang murid, dan saat itu pun diadakan ibadah sekaligus pelayanan baptisan untuk anak-anak serta pelayanan Perjamuan Kudus untuk warga jemaat.
Pada akhir abad 17 tertulis bahwa sekolah di Suli dipimpin oleh Abraham Loehoesei dengan jumlah jemaat 415 orang.
Pada tahun 1708/1709 dalam laporan “Gementeen, Schoolen op de Overhuft, en’t Gelerte van leitimor” disebutkan di Suli memiliki Guru Jan Silvester Piris dengan jumlah anggota Sidi 21, anggota Baptis dewasa 270, anak yang bersekolah 77, jumlah jiwa negeri 436 orang.
Sekitar 1735-1760 Guru Jemaat di suli adalah Andries Rihata dengan jumlah anggota jemaat 419 orang (catatan oleh Pendeta Andriaan Pietersz Steutel). Tahun 1766-1767 tercatat Guru Jemaat di Suli adalah Lucas Patty Anakota. Pada tahun 1784 tercatat jumlah jemaat 483 orang dengan Guru Jemaat Mr.Frans Manuhuttu. Pada Awal abad ke 19 tercatat yang menjadi Guru di Suli adalah Cornelis Tapiheroe.
Dalam perkembangan negeri dan jemaat Suli pada tahun 1831 tampak dalam register dan belsit Gubernur Maluku Ellinghuysen tercatat bahwa Guru D.Lalopua meninggal dan diganti oleh anaknya Guru D.Lalopua yang adalah guru dari Larike. Pada 12 Maret 1845 Zendeling leeraar Roskot mencatat bahwa Guru di Suli adalah J.Latuheru. Dalam laporan W.Luijke pada 28 April 1847 ditabiskan Bangunan Gereja dari Beton yang dibangun oleh jemaat Suli, dihadiri oleh sekitar 500 jemaat. Pada tahun 1857 (catatan Roskot) Guru yang bertugas di Suli adalah Guru J.A.Siwalette dan selanjutnya digantikan oleh Guru J.J.Manusama.
Gedung gereja yang dibangun diperkirakan rusak (tidak diketahui penyebabnya) oleh karena itu awal abad ke-20 kegiatan peribadatan dilaksanakan di Baileu Leunussa yang sekaligus difungsikan sebagai sekolah. Atas kerjasama Gereja dan masyarakat dibawah pimpinan pemerintah negeri (Arnold da Costa yang memerintah sekitar 1918) dan badan Majelis Jemaat, akhirnya sebuah gedung gereja semi permanen (berdinding kapur) berhasil didirikan dan diresmikan oleh Pendeta Pembantu (hulppredikant) berkebangsaan Belanda pada tahun 1915, Gereja ini bernama BAITRAFA.
Memasuki tahun 1942 Jepang mulai berkuasa di Indonesia dan di Ambon pun kena pengaruhnya. Guna menghindari kekejaman Jepang, hampir semua warga Suli mengungsi ke hutan(daerah Wapat dan Waiheru). Pada masa ini Jemaat dilayani oleh Pdt. C. Ririmase. Aktivitas Rutin jemaat berlangsung seperti biasa. Dalam keaadan genting, Ibadah Minggu dipimpin oleh pendeta yang tinggal di Meu yang dekat dengan Wapat, sedangkan di Waiheru dipimpin oleh Syamas I. Suitela dan J. Suitela. Baptisan dan Nikah selalu diadakan demikian pula Sekolah Minggu. Katekisasi tetap berjalan walaupun peneguhan dan perjamuan kudus tidak dapat dilaksanakan karena situasi yang berbahaya.
Gedung Gereja Baitrafa hancur akibat pemboman oleh tentara sekutu pada tahun 1944 karena dicurigai dijadikan gudang logistic oleh Jepang.
Setelah Jepang kalah perang maka masyarakat kembali ke negeri Suli, jemaat membangun Gereja darurat berdinding dan beratap rumbia pada tanah baileu Leanusa sebagai tempat Ibadah dan sekolah minggu.
Pada tahun 1954 mulai direncanakan pembangunan gedung Gereja Baitrafa pada bidang tanah asal mula gereja Baitrafa dibangun. Pembangunan memakan waktu 5 tahun tepatnya diresmikan pada tanggal 21 Maret 1959.
Sampai dengan tahun 1997 pelayanan Jemaat GPM Suli memiliki 7 sektor pelayanan (Bethesda, Siloam, Efrat, Ebenhaezer, Petra, Kalvari dan Gideon), pada Oktober 1997 dilakukan pemekaran Jemaat dikarenakan jangkauan pelayanan yang jauh sehingga tersisa 6 Sektor (Sektor Gidion mekar menjadi Jemaat GPM Gideon). Seiring perjalanan waktu dan dikarenakan bertambahnya jumlah Jemaat dan menjawab kebutuhan pelayanan maka sektor yang ada juga dimekarkan sehingga jumlah sektor di jemaat Suli menjadi 9 sektor pelayanan (Berthesda, Siloam, Efrat, Ebenhaezer, Imanuel, Zaitun, Petra, Kalvari dan Horeb). Di tanggal 1 November 2010 dilakukan penthabisan Gedung Gereja Sumber Kasih di dusun Kayu Manis, Suli Atas.
Berikut adalah Pendeta yang di tempatkan dan melayani di Jemaat Suli adalah:
1     1.       1942 -    ?               Pdt. C. Ririmase
2     2.       ?  - 1953                 Pdt. A. Pesiwarissa
3     3.       1954 – 1959            Pdt. H. Manuhuttu
4     4.       1959 – 1965            Pdt. M.M. Werinussa
5     5.       1965 – 1967            Pdt. J. Noya
          1967 – 1969            Pdt. L.J. Taihuttu (Pendeta Jemaat)
          1969                       Pdt. P. Hutuely (Pendeta Jemaat)
       6.       1969 – 1973            Pdt. B. Matatula          
9     7.       1973 – 1975            Pdt. H. Alfons
8     8.      1975 – 1980            Pdt. Nn. R.N. Marthen
9     9.      1980 – 1987            Pdt. Ph. Sedubun
1    10.           1987 – 1996            Pdt. St. Apituley
1    11.          1996 – 1998            Pdt. L.A. Inuhan
          1996 – 1998            Pdt. Ny. M. Wattimena (Pendeta Jemaat)
1    12.        1998 – 2003            Pdt. J.A. Siwabessy
1    13.        2003 – 2010            Pdt. Ny. M. Wattimena
          2006 – 2010            Pdt. L.P. Kaihatu (Pendeta Jemaat)
1    14.          2010 – 2016           Pdt. L.P. Kaihatu (Ketua MJ)
          2011 – 2012            Pdt. Ny. B. Bakarbessy (Pendeta Jemaat)
          2012 – 2016          Pdt. Ny. F. Huwae (Pendeta Jemaat)
          2013 – sekarang     Pdt. Nn. H. Haumahu, S.Th (Pendeta Jemaat)
1     15.      2016 – 2021     Pdt. Oudi Ririmasse, S.Th (Ketua MJ)
         2016 - 2021 (Meninggal)      Pdt. Ny. Els. Ririmasse/Tauran
16. 2021- sekarang Pdt. Ny. P. Tentua/Umnehopa (ketua MJ)
   
Tim Penulisan Sejarah Gereja telah berusaha melakukan penggalian Sejarah dan Seminar dan belum dapat menentukan tanggal berdirinya Jemaat GPM Suli tapi lewat Sidang Jemaat GPM Suli ke 39 tahun 2018 telah memutuskan bahwa Jemaat Suli telah berdiri sejak tanggal 21 Maret 1847. Dengan alasan 21 Maret memakai tanggal ditabiskannya Gereja Baitrafa yang sekarang yaitu pada tanggal 21 Maret 1959, 1847 memakai Tahun ditabiskannya Gereja Permanen pertama di Jemaat Suli pada tanggal 28 April 1847.
Padahal peristiwa Gereja yaitu Baptisan yang pertama tercatat oleh Pendeta Francoys Caron yang melaporkan dalam kunjungannya pada tanggal 19 Pebruari 1666 di Suli memiliki 32 anggota jemaat dan beliau membaptis 4 anak, dimana anak sekolah berjumlah 13 orang dan dipimpin oleh Thomas Padriso yang bertugas sekitar 40 tahun. Jadi kalau diperhintungkan maka usia Jemaat Suli sudah 352 tahun. Tapi keputusan Sidang Jemaat adalah keputusan yang tertinggi, dengan catatan segala sesuatu dapat diubah jika terdapat kekeliruan (menurut Surat Keputusan).
Sehingga pada tanggal 21 Maret 2018 kami merayakan HUT ke 171 Jemaat GPM Suli dan HUT ke 59 Gereja Baitrafa, dalam kesederhanaan. Semoga Jemaat GPM Suli selalu berkembang diberkati dan menjadi berkat bagi semua orang.
Tuhan Yesus Memberkati kita semua.



N.B : 
  1. Sumber dari Sejarah Jemaat Suli versi Tim Renstra Jemaat GPM Suli periode 2015-2020 (disusun oleh JP berdasarkan rangkuman bahan Seminar Jubelium Gereja Baitrafa Jemaat GPM Suli).
  2. Sumber foto atefsitanala.com  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar